* dari Mbah Kantong Bolong
* Karena cukup panjang, Mohon dibaca pelan-pelan saja. Semoga bisa dipahami
Dalam bahasa yang biasa, Nafs dan Ruh selalu tercampur-aduk. Kadang kita berkata 'si Fulan ruhnya naik, atau ruhnya menghendaki sesuatu, atau ruhnya disiksa, atau was-was, atau gelisah, atau tenang, atau resah, atau susah'. Semua i'tibar (ibarat) itu tidak benar.
Semua itu adalah hal-ihwal NAFS, dan bukan RUH. Sesuatu yang keluar dari badan mayit ketika sakaratul maut, dan mati itu sendiri adalah NAFS, dan bukan RUH. Para malaikat berkata kepada orang-orang yang berlumuran dosa ketika mereka sekarat, yang diabadikan dalam Al Qur-an S. Al An'am (6:93) ialah 'Keluarkanlah anfus kalian; ini hari kalian disiksa dengan kehinaan'.
Dan yang merasakan mati adalah NAFS, bukan RUH. " Tiap nafs merasakan kematian " (S. Ali Imran, 3:18).
NAFS merasakan kematian tetapi tidak mati. Dia merasakan kematian pada saat keluar dari badan. Nafs sudah ada sebelum kelahiran manusia, dan akan berada sepanjang hayat. Ia akan kembali eksis lagi sesudah mati. Tentang wujud NAFS sebelum lahir, Allah berfirman dalam S. Al A'raf, 7:172):